Apakah teman-teman sudah tahu, kalau mencari kunci jawaban pertanyaan dengan memakai mesin pencarian di internet adalah cara cepat yang perlu dicoba?. Kalau belum tahu, sebaiknya teman-teman mencobanya!
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metoda menemukan cara menjawabnya dapat menaikkan nilai pada pelajaran.
Kami telah mempunyai 1 kunci jawaban dari cerita santo agustinus singkat santo lain juga gpp . Monggo baca cara menjawabnya selanjutnya di bawah ini:
Cerita Santo Agustinus Singkat
santo Lain Juga Gpp
Jawaban: #1: Jawaban:
Santo Agustinus dari Hippo
Agustinus dilahirkan di Tagaste pada tahun 354 oleh seorang wanita Katolik yang saleh, Santa Monika. Ayahnya adalah seorang kafir yang bernama Patricius. St. Monika mendidik ketiga putera-puterinya dalam iman Kristen. Namun ketika menginjak remaja Agustinus mulai berontak dan hidup liar. Pernah suatu ketika ia dan teman-temannya yang tergabung dalam kelompok "7 Penantang Tagaste" mencuri buah-buah pir milik Pak Tallus, seorang petani miskin, yang siap dipanen untuk dilemparkan kepada babi-babi. Ketika dewasa Agustinus menganut agama Manikhean yang sangat kontroversial, sehingga membuat ibunya menjadi sangat cemas dan takut. Namun demikian Santa Monika selalu mendoakan suamidan anaknya agar bertobat dan dapat menjadi pengikut Kristus.
Agustinus dibesarkan kota Karthago dan mempelajari filsafat serta ilmu retorika. Tagaste dan Karthago merupakan wilayah kekuasaan Romawi, sehingga gaya hidup hedonisme Romawi yang berkembang pada masa itu juga merasuki kehidupan Agustinus. Dalam gaya hidup hedonisme itu kebahagiaan manusia didapat hanya dari kesenangan dan kenikmatan duniawi semata. Agustinus pun larut dalam gaya hidup hedonisme itu. Ia menjalin hubungan dengan seorang wanita muda di Karthago dan dijadikan sebagai 'istri gelap' selama lebih dari sepuluh tahun. Dari wanita ia mendapat seorang anak laki-laki.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Agustinus memulai kariernya dalam bidang filsafat dan retorika, seni persuasi dan bicara di depan publik. Ia mengajar di Tagaste dan Karthago. Agustinus masih merasa belum cukup. Ia ingin pergi ke Roma karena yakin bahwa di sanalah para ahli retorika yang terbaik dan paling cerdas berlatih. Meskipun orang-orang di Roma menolak untuk membiayai pendidikannya di Roma, Agustinus tidak berkecil hati. Belakangan ia kecewa dengan sekolah-sekolah di Roma yang dirasakannya sangat menyedihkan.
Sahabat-sahabatnya yang beragama Manikeanis memperkenalkannya kepada kepala kota Roma, Simakhus, yang telah diminta untuk menyediakan seorang dosen retorika untuk istana kerajaan di Milan. Simakhus yang terpesona pada kemampuan retorika Agustinus, mengajukan nama Agustinus untuk pekerjaan itu. Pada akhir tahun 384, Agustinus menjadi dosen retorika untuk istana.
Pada usia 30 tahun, Agustinus mendapatkan kedudukan akademik yang paling menonjol di dunia Latin. Ia menjadi maha guru terkenal di Milan. Pada saat itu kedudukan demikian memberikan akses ke jabatan-jabatan politik, namun demikian, hal itu tidak memberinya cukup kebahagiaan. Justru terjadi pergulatan batin di dalam dirinya. Agustinus merasakan 'kehampaan' dan 'kegelisahan' dalam kehidupan di istana kerajaan. Terlebih ketika suatu hari ia berjumpa dengan seorang pengemis yang sedang mabuk. Dalam perjalanan untuk menyampaikan sebuah pidato penting di hadapan kaisar, ia melewati pengemis itu. Ternyata pengemis miskin itu hidupnya tidak begitu diliputi kecemasan dibandingkan dengan dirinya. Sembilan tahun lamanya Agustinus menganut aliran Manikeanisme, yaitu bidaah yang menolak Allah dan mengutamakan rasionalisme. Tetapi tanpa kehadiran Tuhan dalam hidupnya, jiwanya itu tetap kosong. Semua buku-buku ilmu pengetahuan telah dibacanya, tapi ia tidak menemukan kebenaran dan ketentraman jiwa. Sejak awal tak bosan-bosannya Monika menyarankan kepada Agustinus untuk membaca Kitab Suci, di mana dapat ditemukan lebih banyak kebijaksanaan dan kebenaran daripada dalam ilmu pengetahuan. Tetapi, Agustinus meremehkan nasehat ibunya. Kitab Suci dianggapnya terlalu sederhana dan tidak akan menambah pengetahuannya sedikit pun. Di tengah kegelisahan batinnya itu Monika, ibunya, mendesaknya agar ia menjadi seorang Katolik sambil terus berdoa untuknya.
Ambrosius, uskup Milano, seorang ahli filsafat dan retorika seperti Agustinus, namun lebih tua dan lebih berpengalaman. Ambrosiuslah yang mempunyai pengaruh yang paling mendalam terhadap hidup Agustinus. Sebagian karena khotbah-khotbah Ambrosius, dan studi-studinya yang lain, termasuk suatu pertemuan yang mengecewakannya dengan seorang tokoh teologi Manikean, Agustinus beralih dari Manikeanisme. Namun bukannya menjadi Katolik seperti Ambrosius dan Monika, ia malah mengambil pendekatan Neoplatonis kafir terhadap kebenaran, dan mengatakan bahwa selama beberapa waktu ia merasakan bahwa ia benar-benar mengalami kemajuan di dalam pencariannya, meskipun pada akhirnya ia justru menjadi seorang skeptik.
Ibunda Agustinus menyusulnya ke Milano dan ia membiarkan ibunya mengatur sebuah pernikahan untuknya. Untuk itu ia meninggalkan istri gelapnya. (Namun ia harus menunggu dua tahun hingga tunangannya cukup umur, sementara itu ia menjalin hubungan dengan seorang perempuan lain). Pada masa itulah Agustinus dari Hippo mengucapkan doanya yang terkenal, "Berikanlah daku kemurnian dan penguasaan diri, tapi jangan dulu" [da mihi castitatem et continentiam, sed noli modo].
Penjelasan:
Ini baru setengah,lanjutan nya nanti y...
Kalau sobat masih mempunyai PR lainnya, silahkan lihat juga cara menjawabnya di website ini.
Jangan lupa bookmark dan infokan ke teman lainnya ya ...
Post a Comment